BLOG

&

POST

Quodcumque Dixerit Vobis, Facite

February 23, 2025

“Apapun yang dikatakan kepadamu, perbuatlah itu” (Yoh. 2: 5)

Tanggal 17 Februari 2025 menjadi hari bahagia bagi saya secara pribadi, dan kiranya juga bagi seluruh Gereja, sebab di hari tersebut saya menerima Rahmat tahbisan imamat sebagai seorang misionaris OMI. Tahbisan imamat adalah sebuah Rahmat yang bisa saya syukuri sebab Tuhan sendiri yang memanggil dan membantu saya untuk memelihara panggilan tersebut. Sebagai motto tahbisan, saya memilih perkataan Bunda Maria pada perjamuan di Kana dengan berbagai permenungan.

Pertolongan Doa Bunda Maria

            Dalam setiap tahapan pendidikan dan formasi sebagai seorang calon imam, saya selalu merasa dikuatkan oleh pertolongan doa Bunda Maria. Hal itu selalu mendorong saya untuk memilih setiap perkataan dan sikap Maria sebagai teladan hidup panggilan saya. Sebagai sebuah motto hidup, saya memilih Lukas 1: 38 yaitu ketika Bunda Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel, dan ia menjawab, “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Perkataan Maria ini seakan menjadi pedoman utama dalam menentukan langkah hidup sebagai seorang misionaris.

              Saya teringat momen-momen sulit dan gundah yang saya alami dalam perjalanan menuju tahbisan. Tidak ada doa lain yang menguatkan saya selain doa hening di hadapan sakramen Mahakudus, dan juga doa rosario yang tak kunjung putus setiap harinya. Dengan mendoakan setiap butir rosario, saya selalu merasa Bunda Maria meneguhkan dan menguatkan saya untuk Kembali percaya pada kehendak Allah. Pepatah Latin Kuno juga tidak pernah salah, “Per Mariam ad Jesum”, yang artinya “melalui Maria menuju kepada Yesus”, sebab bersama Bunda Maria, saya merasa semakin dibantu untuk kembali ke jalan dan kehendak Tuhan Yesus yang mengasihi dan memanggil saya.

Perutusan Misioner

               Tahbisan Imamat tidak pernah lepas dari identitas saya sebagai seorang misionaris OMI. Ketika mengikrarkan kaul kekal sebagai misionaris OMI saya memilih motto “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, melainkan sahabat”  (bdk Yohanes 15: 5). Secara singkat, ayat ini saya pilih karena menjadi misionaris OMI berarti menjadi “Rekan Kerja Sang Juru Selamat”, sehingga seorang OMI tidak hanya memiliki sikap hamba, tetapi juga semangat menjalankan perutusan sebagai sahabat dan rekan sekerja Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, tidak ada semangat lain selain semangat pantang mundur demi menjalankan perutusan misi.

              Lewat permenungan motto tahbisan, Maria adalah teladan misi yang bagi saya sangat menginspirasi. Perkataan Bunda Maria kepada para pelayan adalah pemenuhan tugas misioner Maria. Para pelayan belum tentu semuanya mengenal Yesus, namun berkat perjumpaan mereka dengan Bunda Maria, para pelayan itu melihat kuasa Yesus yang mengubah air menjadi anggur. Perkataan Bunda Maria kepada para pelayan merupakan pemenuhan misi yang membawa orang untuk semakin mengenal Yesus dalam hidup mereka.

Semangat Ketaatan Dalam Panggilan

              Aspek terakhir yang saya renungkan dari Perkataan Bunda Maria ini adalah aspek ketaatan yang membawa pada pengenalan akan Yesus. Dalam perjalanan panggilan ini, saya merasa seperti para pelayan yang mempertanyakan tindakan Yesus. Meskipun sudah dibaptis sejak bayi, saya kerap merasa kurang mengenal Yesus dan kehendakNya dalam hidup saya. Seringkali saya mempertanyakan kenapa Tuhan membawa saya pada suatu perjalanan yang berliku-liku dan tidak selalu mudah.

              Di tengah situasi seperti itu, saya menempatkan diri seperti para pelayan di perjamuan Kana dan akhirnya perkataan Bunda Maria itu menjadi penyemangat serta pengingat bagi saya sendiri, “Apapun yang dikatakan kepadamu, perbuatlah itu”. Kalimat sederhana dari Bunda Maria, tetapi mengantar orang pada perjalanan spiritual untuk menemukan Yesus dan juga rencana-Nya dalam kehidupan kita masing-masing.

Penutup

              Akhirnya, tidak ada kata selain syukur, karena bisa menerima rahmat tahbisan, yang bagi saya sendiri merupakan anugrah besar dalam hidup.  Semoga pemberian diri saya bisa menjadi sukacita bagi seluruh Gereja, khususnya tempat perutusan saya sebagai misionaris. Kendati perutusan yang saya terima bukanlah seperti yang saya kehendaki, namun teladan ketaatan Bunda Maria menguatkan saya untuk tetap all out dan menjalankannya sepenuh hati. Saya percaya kalau rencana Tuhan pasti lebih baik daripada sekedar rencana saya sendiri.

Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.

SEMUA BERITA
chevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram