Tidak terasa Natal semakin mendekat. Gereja Katolik mempersiapkannya dengan suatu masa Advent, masa penantian untuk menyambut kedatangan Tuhan. Masa ini ditandai dengan penyalaan lilin Adven pada setiap Minggunya. Setiap lilin mempunyai maknanya tersendiri.
Lilin pertama disebut lilin Harapan, sering juga disebut sebagai Lilin Para Nabi, mengingatkan nubuat para Nabi yang meramalkan datangnya Sang Juruselamat dunia. Lilin kedua disebut lilin Kesetiaan dan Cinta, sering juga disebut lilin Betlehem, menegaskan Sang Juruselamat yang akan lahir dalam hati kita masing-masing. Lilin ketiga disebut lilin Sukacita atau lilin Para Gembala, mengajak kita semua untuk memiliki sikap tulus dan rendah hati para Gembala. Sikap tulus dan rendah hati ini memungkinkan para Gembala mengalami sukacita menyambut kelahiran Sang Juruselamat. Lilin keempat disebut lilin Perdamaian atau lilin Para Malaikat, mengajak kita untuk mengalami dan meneruskan damai yang datang berkat kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita.
Komunitas formasi OMI di semua tingkat antusias mempersiapkan Hari Raya Natal tahun ini. Secara rohani, para frater dan bruder membangun sikap pertobatan di level pribadi maupun komunitas. Merayakan kelahiran Yesus Kristus mengajak komunitas formasi OMI untuk merenungkan makna terdalam dari kelahiran masing-masing, yaitu maksud Allah menciptakan kita semua. Disadari bersama adanya sikap-sikap pribadi yang perlu diluruskan kembali (dengan membangun sikap tobat). Harapannya, agar setiap nilai dari lilin Adven makin dijiwai, yakni: pribadi yang berpengharapan tidak mudah putus asa, yang setia dan penuh cinta, yang memancarkan sukacita, yang mengupayakan damai dalam kehidupan bersama.
Membuat kandang Natal, merangkai pohon Natal, mendesign kartu Natal dengan segala hiasannya kiranya mengungkapkan antusiasme hati komunitas formasi OMI untuk menyambut datangnya Kristus Sang Juruselamat. Yang paling penting adalah prosesnya, sebab di situ terjadi kerjasama antar anggota komunitas. Komunikasi hati terjadi, ikatan persaudaraan diperkuat, sukacita dibagikan kepada yang lain. Damai tercipta dalam kehidupan bersama.
Selamat menyambut Natal saudara-saudari semua. Perayaan Natal tidak boleh berhenti pada upacara liturgis semata. Justru sebaliknya, perayaan liturgi Natal itu hendaknya menjadi puncak perayaan syukur yang telah kita bangun selama masa Adven dengan pertobatan pribadi dan bersama. Dan terus akan berlanjut ke depannya. Semoga kelahiran Yesus Kristus dalam keluarga dan komunitas kita memperbarui semangat kasih satu sama lain di antara kita.