Komunitas Pranovisiat Th. 2020/2021 bersama Rm. Tarcisius Eko Saktio OMI (Provinsial)
“Para calon yang menunjukkan tanda-tanda panggilan sebagai Oblat akan mendapatkan suatu program yang cocok, sebelum Novisiat, baik dalam suatu komunitas maupun dengan menjalin kontak rutin dengan seorang Oblat. Tujuan pengalaman ini adalah untuk membantu para calon mencapai kematangan pribadi dan kristiani yang diperlukan untuk menjalani suatu masa Novisiat yang menghasilkan buah dan untuk membuktikan kesesuaian mereka bagi cara hidup kita sebagai Oblat” (bdk. Konstitusi 54)
Maksud dan Tujuan Pranovisiat
Dalam rangkaian pendidikan, Pranovisiat memegang peranan dan kekhususan yang tak tergantikan sebagai awal pertama menuju hidup religius. Untuk mencapai tujuan itu para calon dituntut supaya memiliki persiapan yang memadai sebagai seorang pribadi dan orang beriman. Oleh karena itu dibutuhkan masa persiapan yang membantu para calon tumbuh secara memadai dalam hidup pribadi maupun beriman sehingga siap memasuki Novisiat. (Bdk. PI.42)
Dengan demikian Pranovisiat adalah saat dimana Kongregasi akan memastikan kesiapan calon untuk memasuki masa Novisiat (tahun Kanonik) dengan kematangan iman dan pribadi yang memadai (bdk. Aturan 54a). Hal ini meliputi:
Calon datang untuk mengenal dan dikenal
Calon akan dibantu, melalui berbagai cara dan metode Pengolahan Hidup, agar makin mengenal “siapa dirinya” (Who am I?).
Calon dibantu untuk lebih mendalami iman Kristiani dengan segala tradisi dan ajaran-ajaran pokok imannya serta lebih menghayatinya dalam hidup sehari-hari.
Calon dibantu untuk menyadari berbagai kebutuhan pribadinya, dan menyadari serta memurnikan motivasi yang mendorong cita-cita hidupnya, sekaligus menjadi sadar akan kemurahan hati yang mereka miliki dan sikap mendua yang mengganggu.
Calon memperoleh suatu pengalaman hidup Oblat dalam misinya kepada orang miskin.
Calon diperkenalkan kepada cara hidup komunitas dan dibantu untuk membiasakan diri hidup dan bekerja dalam komunitas.
Kematangan Pribadi
Salah satu tujuan Pranovisiat adalah membantu para Pranovis mengembangkan kepribadian yang dewasa. Kepribadian yang dewasa ini ditandai oleh beberapa hal, yaitu:
Kematangan berpikir : mampu berpikir logis, kritis, tahu membedakan yang penting dan tidak penting, mengungkapkan buah-buah refleksinya secara runtut dan jelas.
Kematangan dalam mengambil keputusan : memiliki inisiatif, mempertimbangkan semua segi, berani memutuskan dan bertanggungjawab atas keputusan.
Kematangan emosi dan perasaan : mengenal perasaan dan emosinya, mampu mengambil jarak terhadap emosi dan menguasainya, peka terhadap perasaan orang lain.
Kemampuan dalam menerima diri apa adanya: menemukan potensi-potensi diri yang positif dan menyadari keterbatasan-keterbatasan diri, menerima kelemahannya dan berusaha mengolahnya dengan jujur, bersahaja dalam penampilan, merasa “enak” terhadap diri dan orang lain, tidak mencari kambing hitam saat mengalami kegagalan.
Kematangan dalam bertindak atau bertingkah laku : tindakanku adalan keputusanku, bertanggungjawab atas yang dilakukan, menyelesaikan rencana, tidak putus asa saat gagal.
Kematangan dalam berelasi dengan sesama : menghargai sesama, mampu bergaul dekat tanpa menjadi terikat, mampu menempatkan diri, sopan terhadap lawan jenis.
Memegang nilai-nilai moral yang dihayati dan diperjuangkan.
Berkembang dalam kemampuan: berkomunikasi, kreativitas, inisiatif, kepekaan dan kecerdasan.
Kematangan Iman
Tujuan lain pembinaan Pranovisiat adalah mengembangkan komitmen pribadi para Pranovis sebagai seorang Kristiani.
Yang memanggil adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Aku yang telah memilih kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap”.(Yoh.15:16; bdk. K.1)
Jawaban terhadap panggilan ini pertama-tama ditujukan kepada Yesus sendiri. Seperti para Rasul, seorang Pranovis menyerahkan dirinya untuk mengikuti Yesus dan seluruh hidupnya mencontoh hidup Yesus, “bekerja sama dengan Tuhan Penyelamat dan mencontoh hidup-Nya” (K.1). Seperti Pendiri kita, setiap Pranovis “sepenuh hati menyerahkan diri kepada Yesus Kristus” (Homili beatifikasi Paus Paulus VI). Seperti St. Paulus, setiap Pranovis berusaha berkata, ”bagiku hidup adalah Kristus...” (Phil.1:21). Dalam Yesus Penyelamatlah setiap Pranovis menemukan pusat, kesatuan dan arti hidupnya.
Kematangan hidup iman ini ditandai oleh beberapa hal, antara lain:
Memahami dan memiliki wawasan umum yang cukup tentang ajaran-ajaran dasar iman Kristiani
Mengenal dan memahami tradisi liturgi dalam Gereja.
Memiliki tradisi hidup doa dan devosi yang dipraktekkan.
Membaca dan merenungkan Kitab Suci
Mengembangkan hidup iman dengan bacaan rohani
Menyadari keterbatasannya dan bersedia dibimbing
Mampu merumuskan motivasi panggilan dengan jelas.
Tahap-tahap pembinaan Pranovisiat
Pranovisiat sebagai masa persiapan memasuki Novisiat dijalani selama 8 (delapan) bulan. Masa ini dibagi tiga tahap.
Orientasi (mid Juli – mid Oktober) Tahap pertama (3 bulan lebih) adalah masa perkenalan, di mana para Pranovis tinggal dalam satu komunitas dan menjalankan acara-acara bersama. Selama masa ini setiap Pranovis diajak untuk menemukan paham-paham iman dan kepribadian yang mereka miliki dan merefleksikannya. Dengan bantuan buku harian dan latihan-latihan dari pembimbing, mereka diajak untuk membongkar paham-paham lama yang kurang tepat dan mengokohkan yang benar sebagai langkah kesiapan diri untuk memasuki masa Novisiat yang sering disebut masa padang gurun.
Pengalaman Probasi (mid Oktober–mid Desember ) Tahap kedua (2 bulan) adalah masa “probasi”. Para Pranovis akan diutus untuk memperoleh pengalaman kerja dan hidup di tengah masyarakat. Misalnya, bekerja di proyek pembangunan atau perusahaan tertentu, bisa juga proyek yang masih berkaitan dengan karya para Oblat di lapangan. Tujuan dari tahap ini adalah menjernihkan motivasi panggilan dengan “kembali ke dunia nyata” dan mengalami perjuangan serta suka duka hidup di tengah masyarakat sehari-hari. Selain itu mereka juga dapat melihat secara langsung karya-karya para Oblat di lapangan.
Refleksi (Januari – Maret) Tahap ke tiga (3 bulan) adalah tahap refleksi atas pengalaman probasi. Selama 3 bulan ini, para Pranovis diajak mengolah pengalaman probasi di mana mereka telah “bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup”, “hidup dalam keluarga-masyarakat”, sekaligus merenungkan kemungkinan untuk hidup sebagai religius. Dengan kata lain, pada tahap ke tiga ini, calon mengolah hidup dan pengalamannya untuk membuat sebuah keputusan yang lebih jelas mengenai jalan hidupnya.