Memasuki Pekan Suci yang dimulai 24 Maret 2024 lalu, Komunitas Skolastikat OMI mengirim empat orang frater dan satu orang bruder untuk menjalankan asistensi Paskah di paroki OMI terdekat, yakni, Paroki Santo Stefanus Cilacap dan Paroki Santa Maria Imakulata Banyumas. Rombongan berangkat sejak Hari Sabtu, 23 Maret 2024 menggunakan bus efisiensi yang memakan waktu tempuh selama lima jam. Setelah singgah dan beristirahat semalam, empat orang yang bertugas di Paroki Cilacap langsung diutus ke stasi masing-masing, sementara satu orang yang bertugas di Paroki Banyumas menetap di pusat paroki.
Lima orang Frater dan Bruder tersebut adalah, Frater Ara OMI yang diutus ke Stasi Ujungalang, Frater Dedi OMI yang diutus ke Stasi Bringkeng, Bruder Mario OMI yang diutus ke Stasi Karangsalam, dan Frater Aven OMI yang diutus ke Stasi Ujungmanik. Seorang anggota lain yakni Frater Hergi OMI menjalankan asistensi di Paroki Santa Maria Imakulata Banyumas.
Selama menjalani asistensi paskah, banyak pengalaman baru yang didapatkan oleh masing-masing misionaris muda tersebut. Mereka semua adalah frater dan bruder tingkat satu yang tergolong baru, sehingga memerlukan banyak pengalaman pastoral. Asistensi Paskah ini merupakan salah satu kesempatan bagi mereka untuk belajar melayani dan memenuhi kebutuhan pastoral di suatu komunitas karya. Seperti kata orang “Pengalaman adalah Guru yang terbaik”, demikianlah para misionaris muda ini, dengan persiapan apa adanya pergi untuk menjalankan asistensi. Biarlah pengalaman yang mengajari mereka cara hidup dengan baik.
Satu minggu tersebut dilalui bersama umat yang juga antusias dan terbuka dengan kehadiran mereka. Umat tempat mereka tinggal, tak ragu mengenalkan diri dan keseharian mereka. Pengalaman pergi ke sawah, naik perahu bermotor, pergi memancing bersama kaum muda, dan keseruan-keseruan lainnya, merupakan dinamika yang dijalani sebagai simbol gembala yang hadir di tengah-tengah domba-Nya. Selain mengenal tempat dan orang-orang baru di mana mereka tinggal, para misionaris muda ini juga berkesempatan memberikan pelayanan rohani yang diperlukan, seperti; memimpin ibadat komuni dan memberikan renungan.
Pendekatan lain yakni kunjungan umat dari rumah ke rumah juga dilakukan sebagai bentuk usaha memperhatikan domba-domba yang Ia percayakan kepada para penerus-Nya (Yoh 21:17). Dari kunjungan tersebut, para oblat muda ini memperoleh kekayaan cerita tentang sejarah iman umat, suka dan duka, serta tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam menapaki jalan sebagai pengikut Kristus. Pengalaman iman tersebut kiranya menjadi refleksi yang baik bagi para oblat muda ini untuk terus menapaki panggilan sebagai pekerja di ladang-Nya.
Demikianlah akhirnya setelah satu minggu berlalu, para oblat muda ini harus meninggalkan ‘rumah baru’ mereka untuk kembali pada kewajiban dan perutusan mereka yang sesungguhnya mahasiswa. Perjumpaan dan dinamika singkat yang sarat akan makna spiritual harus berakhir karena tuntutan perutusan yang lain. Perjumpaan sekali lagi harus disudahi dengan perpisahan. “Bila ada sumur di lading, bolehlah kita menumpang mandi. Bila ada umur yang panjang, bolehlah kita berjumpa lagi.”, ucap seorang frater tatkala menyampaikan salam perpisahan.
Fr. Venantius Tatal Ladjar, OMI