Pada hari Kamis yang lalu, ketika sedang mau belajar, aku mengambil sebuah buku dari dalam lemari milikku. Aku mau mencari buku untuk hari esok sekolah; sebuah buku yang sudah kukenal, karena merupakan bagian dari sedikit barang yang boleh kumiliki untuk keperluan hidup dan tugas harianku. Akan tetapi, perhatianku terpana pada sampul belakang buku itu. Sampul buku itu terlipat, sehingga menimbulkan bekas lekukan berupa garis, seperti luka yang sulit dihapuskan. Aku agak sedih, rupanya aku telah menaruh buku itu secara sembarangan. Karena dalam lemari itu lumayan sempit, jadinya aku paksakan buku itu waktu memasukkannya. Sehingga buku itu jadi berkurang keindahan dan kerapihannya.

Kadang aku berpikir, buku-buku itu adalah sesuatu yang sangat berharga, karena "mereka" membantu perjalanan hidupku. Ada buku yang sungguh indah isinya dan menguatkan hidupku. Ada juga buku-buku yang jarang kubaca, tapi amat penting isinya, karena memberi petunjuk dasar dan arahan. Ada pula bermacam-macam buku yang masing-masing mempunyai karakteristik khas untuk hidupku. Itulah sebabnya, menurutku bukan hal yang aneh, kalau dikatakan seseorang mencintai buku-bukunya.

Inilah awal mula permenunganku, bahwa sikapku terhadap buku-buku barangkali bisa dikaitkan dengan sikapku terhadap orang-orang disekitar. Berapa sering aku bertemu dengan orang-orang yang berkaitan dengan tanggung jawab pekerjaanku? Apakah aku mempunyai kepedulian dengan mereka, ataukah hanya sekedar menggunakan mereka untuk kemanfaatanku? Jangan-jangan aku tidak sadar bahwa aku melukai mereka karena memposisikan mereka secara salah dalam relasiku dengan mereka, seperti sampul buku yang terlipat itu.

Pendek kata, aku harus cintai "mereka". Apalagi manusia sesamaku. Akan tetapi kesadaran seperti itu perlu terus menerus dikobarkan, sebab dalam pergaulan sehari-hari aku cenderung menjadi biasa, lalu membenarkan atau menganggap beres segala hal yang sudah ada.