Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut Santo Matius (Matius 1: 20-21, 24-25)
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Matius 2: 14
Yusuf bangun dan mengambil anak dan ibunya pada malam hari dan berangkat ke Mesir.
Matius 2: 21
Ia bangun kemudian mengambil anak dan ibunya lalu pergi kembali ke Israel
Matius 2: 22-23
Dan karena telah diperingatkan di dalam mimpi, ia berangkat ke Galilea. Ia pergi dan tinggal di sebuah kota bernama Nazareth.
Dalam bab pertama Injil Matius, Yosef disorot sebagai figure central sebagai seseorang yang sama seperti kita, yang menemukan dirinya sebagai bagian dari rencana Allah. Hal itu merupakan sebuah rencana yang melampaui pemahamannya sendiri, meskipun ia adalah seorang yang budiman. Tuhan berbicara dengan Yusuf melalui mimpi dan memintanya melakukan tindakan konkrit. Empat kali Yusuf menerima panggilan Allah untuk mengemban tugas menanggapi situasi saat itu, dan memberikan pengaruh di dalam sejarah keselamatan manusia. Allah berbicara kepada Yusuf melalui mimpi, yang kita tahu bahwa agak sulit dibedakan apakah itu merupakan sebuah fantasi atau sungguh-sungguh realita. Yusuf menanggapi, menimbang-nimbang dengan sigap karena kehidupan anaknya yang sedang dipertaruhkan. Yusuf dipanggil untuk taat dalam ketidakpastian tentang apa yang terjadi pada dirinya, dan ia dipanggil untuk menanggapi situasi tersebut sesegera mungkin. Ia harus memegang teguh kehendak Allah dalam aneka kompleksitas hidupnya dan tetap menaruh rasa percaya.
Kharisma kita berkata:
Eugenius juga harus hidup dalam ketaatan, meskipun sebagai seorang Superior Jendral, berhadapan dengan kenyataan bahwa ia terpilih menjadi seorang Uskup Marseilles. Dalam surat di bawah ini, Pastor Tempier menghadapkan Eugenius dengan suatu situasi konkrit, mengajaknya untuk membuka pikirannya, dan untuk percaya pada sahabat-sahabatnya dengan cara taat pada nasihat-nasihat yang mereka berikan. Setelah surat tersebut, Eugenius menerima dan taat, mencoba mencari aneka solusi untuk berhadapan dengan aneka situasi:
Apakah kamu, atau kamu memang tidak ingin melepaskan dirimu dari situasi mengerikan yang ditempatkan di hadapanmu? Jika tidak, baiklah! Tapi dalam hal ini, kamu sungguh-sungguh tidak membiarkan kami memikul segala beban dari perbuatanmu, kamu seharusnya melarang Guibert berbicara tentang kamu; kamu harus menanggung semua luka yang mereka berikan padamu; hendaknya kamu mengatakan amin untuk semua hinaan baik dari masa lalu, yang terjadi sekarang maupun yang akan datang, entah itu datang dari anggota komunitas yang sakit hati atau dari para pemerintah. Jika itu yang engkau kehendaki, aku tak dapat berkata apa-apa. Tetapi jika sebaliknya yang terjadi, engkau ingin melepaskan dirimu dari situasi ini, bahwa saya dinilai sebagai pribadi yang malang, engkau harus mengakui keterbatasanmu dan mendengarkan pendapat dari teman-temanmu, yang juga punya perhatian pada harga dirimu. Sungguh sangat penting bahwa kamu bekerja sama dengan tindakan yang kami ambil demi kebaikanmu…. Saya pikir ini adalah kali terakhir bagi saya untuk bicara kepada kamu tentang semua ini, karena aku merasa lelah dan sakit karenanya.
Biarlah kukatakan kepadamu bahwa jika istirahat terlalu menyenangkan buatmu, aku memanggil dan berharap dapat beristirahat minimal sebanyak engkau beristirahat. Itulah kenapa saya harus selalu berada di sini dan membiarkan darah saya mongering selama 12 tahun, selamanya terkekang dalam situasi yang sulit! Allah sudah mengatur segalanya, entah krisis apapun yang harus kita hadapi, tidak peduli dari mana asalnya, aku telah mengakhirinya dan mencoba merasakan rasa manisnya. Semua momen sulit yang saya alami saat mengurus keuskupan dan untukmu secara khusus dalam aneka persoalan yang tak terhitung, telah menginatkanku, telah membuatku lelah, sampai pada titik bahawa urusan-urusan ini mengganggu saya tiada henti.
Marilah kita berdoa agar dengan mengikuti teladan Santo Yusuf, pelindung Kongregasi kita, secara khusus di tahun yang didedikasan baginya, kaum muda dapat dengan teguh menerjunkan diri mereka pada lengan Allah untuk menghidupi kehendak-Nya sampai pada kepenuhannya.