Proses memahami iman dan wahyu dalam pandangan jemaat dimaknai sebagai Wahyu Allah sendiri. Iman merupakan bentuk dari rasa kerinduan manusia untuk bisa menanggapi kasih karunia Allah melalui tindakan tertentu. Wahyu dipandang sebagai rahmat dan kasih karunia Allah yang hadir ditengah-tengah manusia untuk memberi pesan, nasihat, dan berkat.
Dalam proses menanggapi rahmat Allah tersebut dimaknai berbeda oleh setiap agama dan kepercayaan tradisional. Bentuk pemaknaan ini berbeda-beda tergantung dari pemimpin serta aliran yang dianut. Hal ini yang juga menjadikan jemaat dalam satu agama yang sama terpecah belah. Banyak aliran dalam Katolik, Islam, Protestan, dan lainnya. Akan tetapi tujuan dari iman jemaat di berbagai agama adalah sama, yaitu kepada Allah.
Perkembangan Iman sejatinya perlu mencerminkan iman Jemaat Perdana. Iman pada dasarnya mengacu pada Yesus kristus, Kitab suci, dan Tradisi. 3 inti iman ini saling berkaitan satu dengan yang lain dikarenakan jemaat pertama-tama mengenal Yesus melalui Kitab Suci yang di tafsirkan dalam bentuk tradisi Gereja.
Iman merupakan bentuk penyampaian syukur manusia kepada Allah lewat tindakan dan kesadaran diri. Iman secara demikian berdasarkan pemahaman Teologis. Proses pembentukan dan peneguhan iman terkadang mengalami berbagai rintangan dan hambatan. Allah dalam tradisi Gereja selalu mewahyukan diri melalui teks Kitab Suci untuk menyapa manusia. Dengan begitu manusia dapat menjawab sapaan Allah melalui berbagai tindakan. Banyak cara agar manusia mampu mengimani Allah, seperti: menolong sesama yang membutuhkan, berbagi, berpartisipasi dalam merawat lingkungan, dan masih banyak cara agar Iman semakin bertumbuh.
Bentuk pemaknaan Iman dalam Jemaat juga memberikan dampak bagi pertumbuhan Iman Jemaat yang lain. Sharing pengalaman, refleksi, dan pengolahan diri membentuk pondasi iman semakin kuat dan kokoh. Allah memberikan berbagai macam cara kepada manusia untuk menanggapi WahyuNya. Dengan begitu, manusia selalu diberikan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang dalam Iman menuju Kepenuhan Allah di dunia.
Fr. Agustinus Hoscea Eka Kristanto, OMI