Pendidikan menjadi sebuah aspek penting dalam kehidupan umat manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua manusia pasti ingin memperoleh pendidikan yang berkualitas. Driyarkara mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha dalam memanusiakan manusia muda atau dengan istilah lain mengangkat manusia muda ke skala yang insani. Pendidikan seharusnya menjadi sarana untuk memanusiakan manusia dan bukan membentuk mereka menjadi entitas yang cepat diserap industri. Masalahnya, pendidikan Indonesia saat ini cenderung mengarah kesana. Berpijak pada masalah tersebut, lantas bagaimana pandangan Gereja Katolik terhadap pendidikan yang sesungguhnya?
Gereja Katolik memiliki sebuah sarana untuk mengembangkan pendidikan secara kristiani. Sarana itu adalah Sekolah Katolik. Sekolah Katolik merupakan lembaga pendidikan yang dilaksanakan atas dasar semangat kristiani. Sekolah Katolik bukanlah sebuah lembaga keagamaan melainkan sebuah lembaga pendidikan yang sama dengan lembaga pendidikan lainnya. Namun, tanpa semangat kristiani, Sekolah Katolik kehilangan jiwanya (A. Heuken SJ 2005:247).
Konsili Vatikan II lewat dokumen Gravissium Educationis memberikanpenjelasan yang lebih dalam mengenai pendidikan kristiani. Dalam dokumen tersebut ditekankan bahwa perhatian Gereja Katolik dalam hal pendidikan adalah pembentukan seluruh pribadi manusia (GE Art. 2). Dokumen tersebut semakin memperjelas citra Sekolah Katolik sebagai perwujudan kehadiran Gereja Katolik yang membawa manusia menemukan keseluruhan dirinya. Sekolah Katolik dapat menjadi salah satu wadah untuk membentuk seorang manusia menjadi manusia yang seutuhnya.
Mgr. Ignatius Suharyo dalam bukunya “The Catholic Way” memberikan inspirasi pendidikan katolik lewat seorang tokoh yaitu Rm Van Lith SJ. Menurut Rm. Van Lith, karya pendidikan yang dilakukan oleh Gereja Katolik adalah pilihan yang diambil atas dasar inspirasi iman, sebagai mediasi demi terjadinya transformasi yang membebaskan menuju tata kehidupan yang semakin bersaudara, adil, dan bermartabat.
Penjelasan yang diberikan Rm. Van Lith tersebut hendak mengatakan bahwa Gereja Katolik lewat jalan pendidikan ingin membentuk manusia-manusia muda menjadi peribadi yang mampu menjadi mediasi dan membawa perubahan dalam kehidupan didasarkan oelah semangat iman. Rm Van Lith memiliki harapan bahwa lewat Sekolah-Sekolah Katolik maka akan tercipta manusia-manusia yang dengan dasar imannya yang kokoh mampu membwa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Lewat beberapa penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa Gereja Katolik memiliki perhatian yang sangat besar terhadap perkembangan pendidikan umat pada khusunya dan seluruh manusia pada umumnya. Kehadiran Sekolah-Sekolah Katolik membawa harapan bagi banyak orang untuk dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas dengan tetap memiliki dasar iman kristiani yang kokoh.
Orang tua juga diharapkan memiliki perhatian yang sama dengan cara mendidik anak mereka secara katolik agar nantinya tercipta kaum-kaum muda Gereja yang memiliki dasar Iman Kristiani yang kuat. Orang tua sebagai tahap awal diperolehnya pendidikan dalam diri seseorang pun memiliki kewajiban untuk menjamin anak mereka memperoleh pendidikan iman katolik yang cukup. “Orang tua lah yang pertama-tama mempunyai kewajiban dan hak yang pantang diganggu gugat untuk mendidikan anak-anak mereka” (GE Art. 6).
Jika sedari kecil anak telah memperoleh pendidikan Katolik yang cukup dan ketika memasuki jenjang pendidikan formal pun mendapat dasar iman katolik yang kuat, maka nantinya pasti akan tercipta anak-anak muda Katolik yang berkualitas. Atau yang diharapkan oleh Rm. Van Lith yaitu anak muda yang beriman kokoh, membawa transformasi, dan dapat menjadi mediasi dalam masyarakat. Semoga pendidikan katolik tidak hilang ditelan zaman dan semakin banyak orang muda yang memberi perhatian kepada pendidikan katolik ini.
Nicolas DENY Gemelli Putra Almaishya
Pranovis OMI