Kehidupan yang bermakna adalah pencarian yang abadi bagi setiap individu. Saya, sebagai bagian dari komunitas, telah menjalani dan mengikuti rekoleksi yang mendalam tentang konsep Jepang yang terkenal: IKIGAI yang dibawakan oleh Rm. Rukmono, OMI. Sejauh perjalanan ini, saya merenungkan keberadaan saya di dunia ini, mencari arti dan tujuan yang mendalam di balik setiap langkah yang saya ambil.
IKIGAI, dalam esensinya, menggambarkan titik temu antara apa yang saya cintai, apa yang saya lakukan, apa yang dunia butuhkan, dan apa yang bisa saya dapatkan. Rekoleksi kali ini semakin memperkuat saya dalam pemahaman bahwa kehidupan yang berharga tidak hanya tentang pencapaian material atau status sosial, tetapi tentang keseimbangan antara kedalaman spiritual, kepuasan emosional, dan penghayatan relasi yang mendalam dengan Sang Ilahi.
Pertama-tama, saya memperdalam pemahaman tentang "apa yang saya cintai". Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, mudah sekali bagi saya untuk terjebak dalam rutinitas tanpa makna yang mendalam. Namun, melalui introspeksi dan dialog dalam rekoleksi, saya menemukan bahwa mencintai apa yang saya lakukan adalah kunci untuk menemukan kegembiraan sejati. Mulai dari kecil seperti menikmati udara sejuk di pagi hari hingga hal yang lebih besar seperti meluangkan waktu bersama komunitas dan melakukan hobbi yang saya cintai. Saya menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kedalaman hubungan dengan Tuhan.
Selanjutnya, saya mempertimbangkan "apa yang saya lakukan". Rekoleksi ini menjadi ajang untuk mengevaluasi apakah aktivitas dan tindakan saya sesuai dengan nilai-nilai yang saya anut. Apakah pekerjaan saya memberi kontribusi yang bermakna bagi sesama? Apakah saya meluangkan waktu untuk mengembangkan diri dan mencapai potensi maksimal saya? Pertanyaan-pertanyaan ini membimbing saya untuk merenungkan bagaimana saya mengisi waktu dan pelayanan saya setiap hari.
Dalam proses ini, saya juga mempertimbangkan "apa yang dunia butuhkan". Terkadang, kehidupan terasa paling bermakna ketika saya menyadari bahwa kontribusi saya memiliki dampak positif bagi orang lain. Dalam rekoleksi saya, saya menyoroti pentingnya menjadi agen perubahan yang membantu mewujudkan dunia yang lebih baik bagi semua orang. Mulai dari tindakan kecil seperti menjadi pendengar yang baik hingga upaya besar seperti berkontribusi dalam proyek bersama dalam komunitas. Saya menyadari bahwa setiap tindakan memiliki potensi untuk membawa perubahan positif.
Terakhir, saya merenungkan "apa yang bisa saya dapatkan". Kehidupan yang bermakna bukanlah hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menerima. Dalam rekoleksi ini, saya belajar untuk menghargai keindahan dalam hal-hal sederhana, merasa bersyukur atas segala berkah yang telah saya terima, dan menyadari bahwa penerimaan adalah bagian integral dari proses kehidupan yang berkelanjutan. Bagi saya, hidup doa adalah kepenuhan IKIGAI sebab tanpa membangun relasi dengan Allah, hidup religius menjadi hampa dan sebatas kata-kata indah tanpa bukti yang nyata. Hidup yang bernilai tidak hanya soal apa yang saya cintai, tetapi apa yang tidak saya sukaipun juga membawa nilai kehidupan yang lebih baik dan belajar dari pengalaman tersebut. Sebagai contoh dalam hidup berkomunitas, saya bisa saja menambah previlese-previlese khusus agar
Dalam merenungkan rekoleksi saya tentang IKIGAI, saya menjadi semakin menyadari bahwa kehidupan yang bermakna adalah tentang menemukan keseimbangan harmonis antara mencintai, melakukan, berkontribusi, dan menerima. Saat saya melangkah maju dari rekoleksi ini, saya membawa dengan saya pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan hidup saya, serta komitmen untuk menjalani kehidupan yang autentik dan berharga.
Fr. Yeremias Mangu Jaga, OMI