oleh: Fr. Berchmans Sura (Novis OMI)
“……. Mereka Harus tiada henti memperbarui diri seturut semangat panggilan mereka, hidup dalam kebiasaan menyangkal diri dan selalu ingin mencapai kesempurnaan.” (Manuskrip 1825)
Semangat mencapai kesucian atau kesempurnaan adalah tujuan hidup semua orang. Terkhusus bagi mereka yang memilih untuk hidup sebagai seorang religus, menjadi suci bukan soal doa dan matiraga. Namun soal hidup yang terus diolah menjadi semakin manusiawi dan kristiani.
Selama lima hari berada di lembah Syantikara. Kami para novis OMI, bersama dengan para novis dari berbagai Kongregasi, diajak untuk berani mengolah pengalaman hidup. Baik itu pengalaman-pengalaman yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Proses yang cukup panjang dan melelahkan ini memakan energi yang cukup besar, serta air mata yang terkuras habis.
Dari setiap dinamika yang terjadi, banyak sempatan yang di berikan kepada kami untuk kembali ke masa lalu. Dengan bermodal refleksi sejarah hidup serta tuntunan para pembimbing, saya melihat pengalaman demi pengalaman dan mengolahnya menjadi sebuah pengalaman berharga. Setiap pengalaman memperlihatkan keunikan kasih yang Tuhan berikan kepada kami masing-masing.
Karena tidak ada kegelapan yang paling gelap yang tak dapat diubah Tuhan menjadi terang yang paling terang (Rm. Antonius Widiatmoko OMI, 2021). Demikian kata penyemangat yang terus bergaung di hati saya dalam setiap sesi pengolahan hidup. Proses ini sungguh merupakan proses menemukan diriku dan Tuhan yang ada dalam diriku. Dari situlah tujuan hidup kepada kesucian itu menjadi semakin jelas.
Pada akhirnya, keputusan untuk menjadi semakin manusiawi, kristiani dan akhirnya suci adalah sebuah sebuah proses hidup yang terus berlanjut sampai mati. Penerimaan diri, pengampunan, rendah hati, dan keterbukaan yang dijumpai dalam setiap momen kehidupan, semuanya itu kembali menjadi titik awal dari proses-proses lanjutan berikutnya.
Syantikara, 21 Januari 2022