“Dalam proses ini banyak nilai dan keutamaan yang saya peroleh,
yakni kerendahan hati, kerja sama, pengembangan pribadi, mental, dan
bagaimana bisa mewartakan lewat media sosial digital”
Zaman sekarang… siapa sihh yang gak pake handphone, laptop dan komputer untuk sekadar ngescroll Tiktok, reels IG, Youtube, dan media sosial lainnya?”. Kalau bisa dibilang hampir semua segi kehidupan yang kita miliki berkaitan erat dengan gadget. Tetapi mungkin agak sulit bagi para novis yang dibatasi dan membatasi diri dalam penggunaan gadget. Sebenarnya tujuan pembatasan ini hanya satu, yakni agar mereka semakin fokus menjalankan panggilan Tuhan. Bagi seorang novis, gadget beserta ‘isinya’ kadang dianggap begitu menggoda dan menjauhkan diri dari pokok hidup rohani. Namun apakah memang demikian…. “Bisa gak sih sebagai yang terpanggil malah mampu mengembangkan diri dengan sarana itu?”
Menjadi seorang religius itu bukan hanya soal mengenal Tuhan lebih dalam, tetapi juga mewartakan nilai dan nasihat Injili demi kebaikan bersama. Hal ini yang menjadi pokok bahasan komunitas kami ketika meluncurkan sebuah program baru, yakni “Novisiat OMI Menyapa” Kami singkat NOM.
Tapi eitsss.. tunggu dulu.. Bukannya hidup sebagai novis itu erat kaitannya dengan meditasi dan juga menggali lebih dalam hidup religius? Masa bisa sih seorang novis diberi kesempatan mewartakan saat menggali kedalaman rohani? Pasti pertanyaan demikian timbul dalam benak pembaca. Justru sembari mengambil dan menggali kedalaman rohani dan berefleksi, para novis OMI diajak agar mampu menjadi pewarta. Karenanya, daripada disimpan untuk diri sendiri akan lebih baik jika kita bagikan hasil permenungan itu kepada orang lain dengan sarana media sosial. Program ini adalah hasil kesepakatan bersama sebagai komunitas. Walaupun sebelumnya ada perbedaan pendapat, namun dengan pendapat itu kami saling diperkaya satu sama lain.
Secara teknis, program ini adalah kolaborasi antar-novis, romo, dan editor. Novis tertugas akan menyajikan draft permenungannya saat makan siang untuk didiskusikan sehingga ada sharing antara Magister dan anggota komunitas lainnya. Tentu saja hal ini dilakukan agar novis tertugas makin diperkaya secara rohani untuk menyampaikan gagasannya. Dalam proses itu ada nilai hidup bersama yang menjadi sarana untuk memperkaya satu sama lain. Maka hasil permenungan akan lebih mengakar dan mendalam,
sebab mendapatkan ide dari anggota yang lain. Program ini menuntut kerja sama sebagai komunitas. Kami juga belajar rendah hati dan terbuka menerima masukan. Dalam proses ini banyak nilai dan keutamaan yang saya peroleh, yakni kerendahan hati, kerja sama, pengembangan pribadi, mental, dan bagaimana bisa mewarta lewat media sosial.
Itu semua menjadi tujuan dalam komunitas, bukan untuk memperkaya diri atau menjadikan komunitas terkenal. Malah kami diajak menjadi rendah hati menerima masukan umat lewat pewartaan kami. Saya secara pribadi merasa sangat berkembang dalam soft skill untuk berbicara. Saya berani tampil lebih percaya diri, mengemukakan gagasan, juga mendorong saya dan komunitas untuk lebih bersungguh-sungguh dalam memanfaatkan waktu hening dan meditasi demi mendapat kekayaan rohani yang bisa dibagikan.
Bagi saya, begitulah cara menjadi novis millenial. Kami tidak berhenti untuk memperkaya diri sendiri, tetapi merenung dan berefleksi untuk menjangkau umat yang tentu saja membutuhkan sapaan rohani. Semoga apa yang saya sampaikan membantu kita semua dalam memandang media sosial dan gadget sebagai sebuah sarana memuliakan Allah. Jangan lupa nonton, sukai, dan subscribe ya gess hehehe. Channel nya ada di cover bagian depan.
Untuk mengenal lebih dalam tentang Kongregasi Oblat Maria Imakulata di Indonesia dan juga 70 negara tempat OMI berkarya para pembaca bisa mengunjungi website OMIWorld dengan cara klik di sini. Selain itu untuk mendapatkan E-book dari majalah ini para pembaca dapat download di bawah.
Fr. Marvino Andhika, OMI (Frater Novis OMI)