Aku teringat akan dialog dengan Yesus seperti St. Petrus dan Yesus ketika di pantai. Yesus bertanya "Thomas, Apakah engkau mencintaiku lebih dari mereka ini?" Aku menjawab "Ya Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mencintaimu". Ia bertanya sekali dan setelah itu menatapku penuh belas kasih. Aku menangis dihadapan tatapan itu. Aku bertanya dalam hati "apakah aku sungguh mencintai Dia?" Ketika aku menangis Ia memelukku dan menepuk punggungku untuk menenangkan aku.
Apolos dalam Kis 18:23-28 menunjukkan aksi yang dimotivasi akan cinta pada Yesus. Latarbelakang keluarga menjelaskan bahwa dia tidak lahir sebagai seorang Kristen. Tetapi aksi yang ia lakukan menunjukkan keberaniannya padahal saat itu Agama Kristen belum diakui oleh dunia, atau otoritas yang berkuasa.
Apolos berani mewartakan Yesus dengan kondisi yang masih kurang pengetahuan. Maka Akwila dan Priskila mengajarkannya, mempersiapkannya untuk misi/pewartaan yang lebih besar. Setelah mendapat pengetahuan dari mereka berdua Apolos yang digerakan oleh cinta pada Tuhan menjadi sangat berguna untuk menyebarkan agama Kristen.
Harusnya begitulah hidup yang aku jalani dimotivasi cinta mencurahkan segalanya. Seperti renungan yang aku dengarkan dari para Oblat. Dengan mendasarkan perbuatan karena cinta tidak ada beban dalam menjalankan misi. Karena cinta mampu menggerakkan orang dari keterbatasannya, maka ada rasa ringan dalam mengerjakan tugas-tugas.
Aku sendiri terkadang merasakan tugas studi sebagai beban. Hal ini menunjukkan aku belum menerima Tuhan sebagai pusat hidupku. Contohnya teladan yang bisa diikuti adalah Bapa Pendiri St. Eugenius de Mazenod yang telah memperlihatkan teladan hidup yang hanya menaruh segalanya pada Tuhan.
Apollo yang dimotivasi cinta pada Yesus telah memperlihatkan buah keterbukaan hati untuk menerima pengajaran Akwila dan Priskila. Ini salah satu pesan yang disampaikan oleh Rm. Minister dalam khotbah hari selasa lalu "Pergilah, Jadikanlah seluruh bangsa murid dan ajarkanlah mereka untuk melakukan kehendak Bapa".
Studi adalah kesempatan untuk ku mempersiapkan diri menjadi layak bagi perutusan Allah. Saya melaksanakan misi saya bukan karena takut akan konsekuensi (contohnya nilai jelek) tetapi komitmen untuk mencintai Yesus.
"Seberapa sadar kita dalam melakukan tugas perutusan kita sebagai tindakan mencintai Tuhan?" 🙏🙏🙏
oleh : Fr. Thomas Brian