Pada tanggal 13-14 Januari 2025 komunitas Skolastikat OMI Wisma de Mazenod mengadakan rekreasi komunitas menuju Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur. Bagi para frater dan bruder, rekreasi kali ini menjadi sebuah pelipur lara juga penghibur pasca Ujian Akhir Semester dan juga perutusan yang dilaksanakan mereka selama Natal dan Tahun Baru. Dalam perjalanan mendaki Gunung Lawu, hadir juga para pranovis bersama dengan Rm. Maryanto, OMI. Pendakian ini telah lama direncanakan oleh komunitas, sehingga persiapannya mulai dari fisik dan akomodasi bisa disesuaikan.
Perjalanan kami dimulai pada hari Senin, 13 Januari 2024 menuju ke basecamp Lawu Cemara Kandang. Kami berangkat menggunakan Bus sewaan selama dua hari. Namun kami tidak langsung mulai mendaki, tetapi mengisi amunisi untuk perjalanan dengan makan di warung sekitar Cemara Kandang. Tepat Pukul 12.30 WIB, kami memulai perjalanan menuju puncak Gunung Lawu dengan pertama-tama mendaftarkan diri di pos dan mendapat pengarahan dari pihak setempat untuk kelangsungan perjalanan. Dalam perjalanan ini, komunitas dibagi menjadi 5 kelompok yang saling berkoordinasi satu sama lain agar perjalanan dapat berjalan dengan lancar.
Selama perjalanan komunitas disuguhkan dengan keindahan alam yang membentang sepanjang pegunungan Lawu. Gunung Lawu sendiri memiliki puncak yang berbeda dengan kawahnya. Kawahnya terletak di sekitar pos 2 yang memiliki ketinggian sekitar 2.300 mdpl, sedangkan puncak tertingginya memiliki ketinggian 3.265 mdpl. Jalan terjal dan licin membuat pendakian menjadi cukup sulit. Akan tetapi hal ini tidak mengurungkan semangat para pendaki untuk sampai ke puncak Lawu. Komunitas saling menguatkan dalam situasi demikian. Ada yang saling menunggu saudara yang lambat dan kelelahan dan ada juga yang memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam mendaki.
Kami sampai di puncak Lawu keesokan harinya pada pukul 06.00 setelah sebelumnya memutuskan berkemah di pos empat. Satu persatu anggota komunitas tiba di puncak dan disuguhkan dengan sunrise indah dari puncak Lawu, pemandangan lembah serta bukit-bukit kecil menambah panorama alam yang menjanjikan untuk dikunjungi lagi. Wajah yang puas dan bersyukur atas perjalanan menuju puncak tampak begitu jelas dalam masing-masing pendaki. Setelah berfoto dan menikmati keindahan alam, kami akhirnya turun kembali ke camp. Perjalanan ini disyukuri dengan Perayaan Ekaristi pada pukul 08.45. Kami memulai persiapan untuk turun menuju basecamp pada pukul 10.30 tiba pukul 15.00.
Pendakian ini adalah sebuah rekreasi tetapi juga sarana refleksi untuk mensyukuri rahmat panggilan yang Tuhan berikan. Masing-masing orang diundang menjadi teman seperjalanan bagi orang lain yang pasti membutuhkan kesabaran. Puncak adalah tujuan, tetapi lebih daripada itu proses menuju puncaklah yang membantu orang sampai pada diri yang terdalam. Pendakian memang menyakitkan, namun tujuan itu pasti tidak mengkhianati usaha yang telah kami lakukan. Selain itu kami juga belajar menjadi pribadi berkarakter yang menghargai alam dengan segala yang ada di dalamnya. Hal ini membantu kami membangun sikap menghargai bumi, termasuk sesama.
Semoga pengalaman ini menguatkan kita semua untuk semakin bersyukur atas panggilan yang diberikan kepada kita, mencintai proses dan kebersamaan, menikmati hasil secukupnya, dan menghargai bumi yang Tuhan berikan ke tangan kita. LJC et MI.
Oleh: Fr Marvinio Andhika, OMI