Oleh: Fr. Suni Bonikus Bunghari, OMI (menjalani studi filsafat teologi semester IV, Universitas Sanata Dharma)
Tak terasa waktu berlalu begitu cepatnya, bahkan sekarang kita sudah memasuki Tahun 2021 dan sudah sampai pada masa Prapaskah. Hari lepas hari sudah kita jalani, segala pengalaman suka dan duka silih berganti dan turut mewarnai perjalanan hidup kita. Maka baiklah kita bersyukur atas hari yang sudah kita jalani, menjalani hari ini dengan penuh antusias dan menyosong hari esok dengan penuh harapan.
***
Setiap akhir tahun merupakan saat-saat yang dinanti-nantikan semua orang terkhusus orang kristiani karena pada tanggal 25 Desember Gereja merayakan Natal (kelahiran Yesus Sang Juru Selamat di tengah dunia). Sebelum merayakan Natal umat Katolik memperingati masa Adven (Latin: Adventus= kedatangan[1]) selama empat Minggu. Natal sebagai perayaan inkarnasi (Allah menjelma menjadi manusia dalam pribadi Yesus Kritus) perlu dipersiapkan terlebih dahulu yaitu pada masa Adven. Masa tersebut merupakan masa yang mengingatkan adanya dimensi historis dalam sejarah keselamatan.
Masa Adven juga melambangkan perjalanan spiritual sebagai individu dan umat beriman, sebagai penegasan bahwa Kristus telah datang, Dia hadir di dunia saat ini, dan akan datang kembali.[2] Untuk itu umat beriman diajak menantikan kedatangan Kristus Sang Mesias yang menjadi penyelamat umat manusia. Hal itu merupakan dimensi historis dari pewahyuan diri Kristus.
Gereja menghayati masa ini sebagai masa penantian, waktu untuk bertobat dan berharap. Penantian dalam artian menunggu kedatangan Yesus Sang Juru Selamat. Bertobat, bacaan Kitab Suci selama masa ini mengajak umat Kristen bertobat "bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat" (Matius 3:2). Ketika kedua hal di atas sudah dijalankan maka umat Kristen akan berharap dengan penuh sukacita karena peristiwa keselamatan telah dinyatakan oleh Allah dalam putra yang dikasihiNya yang menjadi manusia sama seperti kita.
Berikut yang saya kutip dari Katekismus Gereja Katolik artikel 524:
Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (bdk. Why 22:17). Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: "Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil" (Yoh 3:30).
Masa Adven hendak mengingatkan bahwa Yesus sungguh tokoh historis dan bukan tokoh mitologi. Yesus yang diimani orang Kristen sungguh seorang manusia yang pernah hidup pada zaman tertentu, yakni abad pertama Masehi dan daerah tertentu yakni Galilea.[3] Masa penantian ini mengingatkan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua (Parousia), yang merupakan pemenuhan dan menyingkapan seluruh misteri penyelamatan Allah yang kini sudah dimulai di dunia dan ditampakkan dalam Gereja.[4]
***
Masa Adven dan Natal bukanlah sekadar momen yang dirayakan begitu saja untuk menutup satu tahun yang sudah lewat. Momen Natal bukanlah perayaan untuk memuaskan keinginan hati secara manusiawi. Tetapi momen Natal adalah momen yang Tuhan berikan kepada setiap orang Kristen untuk merenungkan makna hidupnya di dalam dunia yang harus dikembalikan menjadi gambaran Yesus yang benar-benar mengikuti teladan yang sudah diberikan oleh Sang Juruselamat. Maka, orang Kristen yang benar-benar mau menghidupi hidup sebagai gambaran Yesus akan melihat bahwa momen Natal sebagai momen yang baik untuk merefleksikan seluruh hidupnya di hadapan Allah terlebih lagi pada saat ini, umat beriman dihadapkan pada situasi khusus yaitu pendemi Covid-19.
Setiap pandemi tentu mengacaukan kehidupan masyarakat yang lebih luas.[5] Salah satu wujud aktivitas sosial adalah kehidupan beragama. Pendemi Covid-19 telah membuat kita merasa takut, cemas, terasing, sendirian, dan bertanya-tanya apakah ada yang akan merasa kehilangan jika mereka kelak tiada? Menyadari hal itu kita membutuhkan dukungan moral dan mental dari orang-orang disekitar kita agar kehidupan yang lebih baik dapat dipertahankan sehingga terwujudlah apa yang menjadi cita-cita seluruh umat manusia yaitu terbebas dari virus Corona. Sebagai bagian dari umat beriman tentunya sangat penting mengahargai dan mempertahankan semangat umat beriman dengan saling peduli dan mendukung dalam doa dan tindakan (sesuai prosedur yang telah ditetapkan).
Bersama tiga majus dari Timur yang dituntun bintang menuju tempat di mana Yesus dilahirkan untuk sujud dan menyembah Sang Mesias di Bethlehem. Mereka mempersembahkan kemenyan, emas dan mur. Emas melambangkan bayi Yesus akan menjadi Raja Agung, kemenyan melambangkan Yesus yang akan menjadi Imam Agung dan mur melambangkan kelak Yesus akan mati untuk menebus dosa umat manusia. Kita mungkin memiliki keinginan untuk mempersembahkan sesuatu pada bayi Yesus dalam kesatuan dengan umat beriman. Untuk konteks saat ini bersama seluruh umat manusia di seluruh mari kita persembahan pandemi Covid-19 pada Tuhan, agar pandemi ini lekas berlalu sehingga dapat menjalani kegiatan seperti sedia kala.
***
Dan saat kita baru saja memasuki masa Prapaskah sekarang ini, kita pun diajak untuk terus mengikuti Yesus Sang Raja Agung itu, bukan dalam kemegahan tahta duniawinya sebagaimana para raja lainnya, melainkan dalam keagungan pemberian diriNya bagi penebusan dosa seluruh umat manusia dan kehidupan kekal mereka, melalui peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitanNya dari alam maut. Pada hari raya Paskah nanti, kita akan menyambutNya sebagai Raja Agung yang kuasanya mengatasi kuasa kegelapan, maut dan dosa.
[1] Alb. Smit, MSC. “Elementa linguae latinae (revisa) Liber Primus” Yogyakarta, Kanisius 2006
[2]https://d2y1pz2y630308.cloudfront.net/2983/documents/Pastor%20Notes/Advent.pdf, (diakses pada 15 November 2020).
[3] Emanuel Martasudjita, Pr. “Pokok-Pokok Iman Kristiani–Pendalaman Teologis Syahadat” Yogyakarta, Kanisius 2017.
[4] Emanuel Martasudjita, Pr. “Pokok-Pokok Iman Kristiani–Pendalaman Teologis Syahadat” Yogyakarta, Kanisius 2017.
[5] https://www.researchgate.net/publication/341519155_Impact_of_COVID-19_Pandemic_on_Organization_of_Religious_Behaviour_in_Different_Christian_Denominations_in_Poland (diakses pada 15 November 2020)