Dalam pandangan kristiani, konsep kasih memiliki dimensi yang beragam dan kaya. Pertama, terdapat kasih eros, yang mencerminkan hubungan romantis dan sensual antara pasangan. Ini adalah ikatan yang melibatkan daya tarik fisik dan emosional yang dalam. Selanjutnya, kasih agape menjadi inti dari ajaran Yesus Kristus tentang kasih tanpa pamrih. Ini adalah kasih yang tulus dan tak bersyarat, yang diperlihatkan oleh Tuhan kepada manusia dan diharapkan untuk ditunjukkan oleh manusia kepada sesama. Terakhir, ada juga kasih storge, yang menekankan rasa sayang dan ikatan dalam hubungan keluarga atau komunitas. Ketiga konsep ini bersama-sama membentuk dasar moral dan spiritual dalam pandangan Kristen tentang cinta, menggambarkan kedalaman serta kehangatan.
Yohanes 3:16 menjelaskan tentang kasih agung Tuhan kepada dunia, yang diwujudkan melalui pengorbanan Putra-Nya yang satu-satunya. Dari sudut pandang terutama Aristoteles dalam ranah filsafat, isi dari ayat tersebut bisa dimengerti secara lebih mendalam. Ini merupakan sebuah pertimbangan dengan mempertajam aspek filosofis seputar ide kasih yang tersirat di dalamnya.
Menurut Aristoteles, kasih adalah dorongan alami yang dimiliki manusia untuk mencintai dan peduli terhadap sesama serta lingkungan sekitarnya. Dalam karyanya “Etika Nikomakian,” Aristoteles membedakan tiga jenis kasih. Pertama, filia, atau kasih sayang, melibatkan hubungan timbal balik antara individu dalam hubungan persahabatan atau kekerabatan di mana ada saling memberi dan menerima. Kedua, filia eudaimonia, melibatkan hubungan berdasarkan tujuan dan nilai-nilai moral bersama di mana orang terhubung oleh keinginan untuk mencapai kebahagiaan bersama. Ketiga, filia teleia, merupakan kasih sayang sempurna atau tingkat tertinggi dari persahabatan.
Dalam konteks teks Yohanes 3:16, kasih Allah yang besar terhadap dunia dapat dipahami sebagai manifestasi dari konsep kasih menurut Aristoteles. Pemberian Putra-Nya Tunggal oleh Allah adalah tindakan kasih yang menggambarkan kasih sayang yang luas terhadap umat manusia. Tujuan dari pemberian Anak-Nya adalah untuk menyelamatkan mereka yang percaya kepada-Nya, sehingga mereka dapat mencapai kehidupan yang kekal atau eudaimonia.
Pemahaman tentang kasih dalam konteks Aristoteles memiliki dampak yang mendalam dalam kehidupan manusia. Dengan memahami konsep kasih yang melibatkan hubungan timbal balik, tujuan bersama, dan kasih sayang yang sempurna, manusia dapat memperkaya hubungan interpersonal mereka dan mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan. Selain itu penghayatan kasih dalam kehidupan sehari-hari juga dapat membawa manusia kepada pemahaman yang lebih dalam tentang nilai moral dan tujuan hidup.
Dalam konteks filsafat kasih Aristoteles, teks Yohanes 3:16 menawarkan pandangan yang mendalam tentang kasih Allah yang besar terhadap dunia. Melalui pemberian Anak-Nya, Allah mengilustrasikan konsep kasih yang melibatkan hubungan timbal balik, tujuan bersama, dan kasih sayang yang sempurna. Pemahaman ini memiliki implikasi yang signifikan dalam kehidupan manusia, membawa mereka menuju hubungan yang lebih bermakna dan mencapai kebahagiaan yang sejati.
Fr. Kristian Delima Ajun, OMI