Oleh: Fr. Henrikus Prasojo, OMI (Sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Seminari Menengah Yuniorat OMI Beato Mario Borzaga, Cilacap
Indahnya kehidupan anak-anak adalah banyaknya impian yang mereka ungkapkan tentang masa depan mereka. Dengan adanya impian, orang terdorong untuk mewujudkannya dengan segenap usaha yang ada. Impian tidak hanya dimiliki anak-anak. Ketika sudah dewasa pun, orang bermimpi ingin mempunyai rumah dengan tipe-tipe tertentu, memiliki kendaraan pribadi dengan model-model tertentu, mimpi memiliki pasangan hidup tertentu dan mimpi-mimpi lainnya. Impian membuat hidup seseorang menjadi lebih indah karena ada tujuan yang hendak dicapai.
Impian juga tidak selalu bersifat personal. Ada juga impian yang sifatnya milik bersama. Dalam refleksi ini, saya memunculkan impian Yuniores OMI Angkatan ke-3 untuk bisa bersama-sama melakukan suatu perjalanan pendakian gunung. Mendaki gunung, apa sih istimewanya? Inspirasi untuk naik gunung berasal dari Fiersa Besari yang sering mengupload konten vlog pribadi di atas puncak gunung.
Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk memiliki rasa penasaran dalam dirinya. Melihat betapa indahnya pemandangan yang ditayangkan Fiersa Besari dalam vlognya, mendorong para yuniores kelas 3 untuk mengalami sendiri keindahan alam di atas puncak gunung. Impian ini sudah muncul sejak mereka masih duduk di kelas 2 SMA, dan pada tahun ini setelah selesai mengerjakan rangkaian Ujian Sekolah yang menentukan kelulusan mereka, mereka mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan impian itu.
Semua orang sadar bahwa mewujudkan impian tidak selalu mudah. Impian tidak datang begitu saja tanpa adanya usaha untuk meraihnya. Untuk bisa sampai ke puncak gunung tidak semudah menonton “orang mendaki gunung”. Seseorang harus memiliki persiapan fisik yang sesuai dan juga persiapan mental yang memadai. Untuk menjemput impian itu, saya bersama para yuniores melatih fisik kami bersama-sama. Kami melakukan jogging secara rutin untuk menambah stamina kami. Selain persiapan fisik, kami juga menyiapkan aneka persiapan lain seperti perlengkapan pribadi dan perbekalan.
Yang indah dari sebuah persiapan adalah semangat yang berkobar-kobar seakan hari keberangkatan sudah ada di depan mata. Setiap kali jogging entah pagi atau sore hari, setiap dari kami seakan membayangkan kalau kami sudah berada di hari-H. persiapan dilakukan bersama-sama, bahkan ada pembagian tugas dan tanggung jawab untuk mempersiapkan keberangkatan. Ada yang mempersiapkan perlengkapan mendaki seperti lampu senter tenda dan lain sebagainya. Ada yang mempersiapkan bahan makanan dan juga snack untuk perjalanan, dan ada juga yang mempersiapkan obat-obatan dan juga perlengkapan P3K.
Inilah impian, salah satu aspek yang menambah semangat hidup seseorang. Sangat sulit dibayangkan hidup tanpa impian. Hidup tanpa impian bagaikan berjalan di tengah ribuan hektar kebun sawit yang tidak ada penunjuk arahnya. Kita akan terus berjalan melewati pohon sawit yang satu ke pohon sawit yang lainnya, melihat pemandangan yang sama, berputar di dalam kebun yang sama tanpa tahu kapan perjalanan akan berakhir dan bagaimana akan berakhir. Impian menjauhkan hidup seseorang dari situasi monoton macam itu. Impian memberikan gambaran dan visi dalam kehidupan seseorang sehingga ia tahu harus ke mana dan bagaimana caranya ke sana. Lebih-lebih, impian ini bukanlah impian pribadi, melainkan impian bersama, sesuatu yang hendak diraih bersama-sama sebagai satu kelompok. Impian ini telah menyatukan hati mereka untuk menguatkan tekad dan juga semangat dalam diri mereka.
Seorang penulis mengungkapkan, “Sukses atau tidaknya seseorang dalam mewujudkan impiannya, bukan tergantung pada kehebatannya, melainkan pada tekad dan kerja keras yang luar biasa.” (Kinanti Linda R)[1]
Kini impian mereka semakin dekat. Di kaki gunung Sindoro ini, di Basecamp Alang-alang Sewu desa Anggrunggondok Kapencar Wonosobo, kami memulai perjalanan pendakian Gunung Sindoro, pendakian gunung pertama kali untuk teman-teman Yuniores OMI Angkatan ke-3. Dalam perjalanan inilah mereka akan sungguh-sungguh mencoba menggapai impian mereka.
Kapencar Wonosobo, 11 April 2021
+HR Kerahiman Illahi+
Fr. Henrikus Prasojo, OMI
[1] Kinanti Linda R, Baca Buku ini Saat Engkau Gagal, Yogyakarta: Psikologi Corner, 2020.