17 Februari 2020
Saudara-saudara Oblat dan semua orang yang menghidupi Karisma Oblat,
"Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;
dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4, 18-19)
Setiap kali saya mendengar sabda ini dibacakan atau membayangkannya dalam doa, saya percaya bahwa kita semua diurapi secara baru untuk menjalankan Misi Tuhan Yesus. Tritunggal Mahakudus berkarya di dalam dan bersama kita; Allah Bapa, dengan cinta-Nya yang tercurah, memenuhi kita semua dengan Roh dan mengutus kita untuk ambil bagian dalam Misi Sang Sabda yang menjadi manusia.
Hari ini kita merayakan sebuah berkat dari Gereja atas visi misioner Santo Eugenius de Mazenod. Secara mengejutkan, pada waktu itu pengesahan dari Gereja berlangsung amat cepat. Eugenius de Mazenod menyadari bahwa hal itu terjadi berkat Penyelenggaraan Ilahi yang membimbing dirinya, dan juga menggerakkan Paus Leo XII untuk memberikan pengesahan pontifikal atas Konstitusi dan Aturan hidup kita pada 17 Februari 1826. Paus memiliki hasrat akan adanya pembaruan di dalam Gereja, dan mendengar tentang hal-hal baik yang dilakukan oleh para misionaris ini di Prancis, ia mempercepat proses pengesahan.
Proyek misioner Eugenius dan kawan-kawannya, yang terungkap secara mendalam pada bagian “Prakata”, terpatri di dalam hati kita. Konstitusi dan Aturan yang disahkan pada 1826, adalah sebuah ungkapan visi misioner yang terorganisir. Konstitusi dan Aturan itu membantu kita untuk setia pada semangat apostolik yang membara dalam diri kita dan
melahirkan kharisma misioner untuk mewartakan Kabar Gembira kepada orang miskin dan yang tak terlayani.
Meninjau kembali semangat apostolik yang terungkap dalam “prakata”, kita dapat melihat relevansi profetisnya dalam kehidupan kita sekarang. Gereja di masa yang kita hidupi sekaran ini, dengan cara yang beragam dan terpencar di berbagai tempat di penjuru dunia telah mengalami suatu kerusakan. Kita mengalami Gereja yang dipandang secara lebih rendah
karena para pelayan-pelayannya tidak menunjukkan keutamaan-keutamaan dalam hidup; Gereja yang terbagi atas pola-pola tertentu dan juga ideologi tertentu; Gereja yang anggota- anggotanya menerima tindakan persekusi karena iman mereka; dan di tempat lainnya, Gereja
di mana umat Krisitani berhenti mengakui iman mereka; Gereja yang dilemahkan karena kurang Ekaristi, kekurangan imam, dan juga kesulitan dalam aksesbilitas.
Kenyataan ini muncul dan mendesak kita, serta menyentuh hati kita sebagaimana Santo Eugenius tersentuh oleh kenyataan macam ini. Jika ada misionaris, yang dipenuhi oleh hasrat mendalam untuk mewartakan Kabar Gembira kepada orang miskin; misionaris yang mau berbagi hidupnya sehari-hari dan bekerja sama dengan orang-orang lain bagi pelaksanaan misi Allah… maka, dalam waktu dekat, munculah alasan-alasan untuk berharap bahwa orang-orang akan semakin membuka diri mereka pada pewartaan Kabar Gembira dari Allah. Eugenius memiliki penglihatan profetis, didasari oleh rasa haus untuk melayani orang-orang yang dilupakan oleh Gereja.
Gerak motivasi dalam dirinya untuk mewartakan Kabar Gembira kepada orang yang tak terlayani telah berakar dalam pengalaman pribadinya, yaitu pada suatu Jumat Agung, pengalaman akan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus dan juga perasaan sukacita karena mengalami pengampunan.
Visi inilah yang menggerakan misionaris Oblat masa kini. Seperti de Mazenod, kita dibakar oleh hasrat untuk membawa Kabar Gembira tentang Kerajaan Allah kepada mereka yang miskin, terlupakan, tersingkir dan ditolak dalam masyarakat. Kita mengenal betul wajah- wajah baru kemiskinan di dalam masyarakat, para imigran dan pengungsi, kaum hawa, anak- anak dan orang-orang yang diperjualbelikan dan dieksploitasi dalam berbagai bentuk. Dalam misi di seluruh penjuru dunia, kita bekerja untuk memerangi berlangsungnya perusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi ekonomi.
Bersama penduduk-penduduk asli, kita melestarikan budaya mereka, tanah dan juga air, yang kerap kali ada dalam situasi bahaya. Bersama semua orang yang memiliki kehendak baik, kita menyambut dan memberi dukungan bagi para imigran dan pengungsi yang selalu berpindah-pindah tempat. Di tengah jantung kota terbesar di dunia, kita hadir di tengah-tengah orang miskin, menghadapi kekerasan dalam hidup sehari-hari untuk memperjuangkan hak, keamanan, pekerjaan dan juga bantuan kesehatan. Dalam usaha mengembangkan misi bersama kaum muda, kita mendampingi kaum muda dalam iman mereka dan dalam peran-peran
kepemimpinan, sehingga mereka turut ambil bagian dalam hidup Gereja. Bergulat tentang kehidupan sejak dari rahim, kita tidak hanya membangun jaringan untuk mempertahankan kesucian sebuah rahmat kehidupan, kita juga menyediakan hal-hal yang dibutuhkan kaum hawa untuk menyambut setiap kehidupan baru ke tengah dunia dengan penuh martabat dan rasa aman. Meneruskan doa Yesus, kita mempromosikan kesatuan umat Kristen melalui aneka usaha ekumenis dan juga kita berkontribusi dalam dialog inter-religius, baik hanya sekedar dalam hal-hal praktis kehidupan maupun dalam tahapan refleksi teologis.
Di seluruh dunia, Keluarga besar Oblat bekerja sama untuk menyediakan pendidikan bagi orang-orang yang paling miskin; kita hadir di jalanan pada malam hari untuk menawarkan persahabatan, secangkir kopi, kata-kata yang bersahabat; kita mengunjungi para tuna-wisma, orang-orang miskin yang sudah tua, membawakan sakramen pengurapan orang sakit dan Ekaristi; kita ada dalam pelayanan kepada komunitas-komunitas Katolik yang kecil, kerapkali komunitas-komunitas asli lokal dan tradisional yang berada di lokasi terisolasi, yang kerapkali terlupakan. Kita melayani bersama kaum muda dan juga orang-orang tua yang secara fisik dan mental membutuhkan obat-obatan, bahkan yang penglihatan dan pendengarannya sudah terganggu. Di banyak tempat, para misionaris keluar ke padang rumput selama seminggu, membawa perbekalan mereka untuk pelayanan dan juga kebutuhan pribadi, berhadapan dengan penyakit malaria, panas yang membuat lelah, ular dan juga aneka penyakit. Para misionaris meneruskan belarasa Kristus kepada mereka yang terpenjara dan yang sakit di rumah sakit.
Sungguh berlimpah untuk bersyukur ketika mengkontemplasikan kembali karya Roh yang hadir dalam diri banyak orang untuk menghidupi kharisma Oblat dengan cara-cara yang indah. Kita bersukacita atas hadirnya jumlah besar orang yang menaruh perhatian pada visi Santo Eugenius de Mazenod! Saya berterima kasih kepada kalian semua, para misionaris yang terinspirasi oleh kharisma Santo Eugenius, atas komitmen kalian yang sungguh murah hati. Kita bernyanyi bersama Maria nyanyian syukur sebab Tuhan telah menggunakan kita sebagai alatnya yang rendah hati untuk meneruskan misi-Nya. Hanya Allah yang layak dipuji.
Mengingat Maria, pada waktu itu tahun 1826, kita menerima nama baru bagi keluarga kita yaitu Misionaris Oblat Maria Imakulata, sebuah passpor menuju surga! Kita bersyukur kepada Allah atas nama indah yang boleh kita miliki ini.
Pengesahan Konstitusi dan Aturan sungguh-sungguh memiliki pengaruh besar, sebab buku kecil ini mengandung banyak sekali visi dari bapa pendiri, perhatiannya bagi Allah dan orang miskin. Konstitusi dan Aturan membimbing dan membantu kita untuk setia pada kharisma yang tercurah bagi kita melalui Roh Kudus. Saya mengundang anda semua untuk meluangkan waktu kita membaca kembali “Prakata” serta isi dari konstitusi dan aturan hidup kita selama hari-hari ini. Khususnya, bacalah 44 Konstitusi pertama yang akan menginspirasi
kita dengan kharisma Santo Eugenius de Mazenod dan juga yang akan menantang diri kita.
Selamat Pesta!
Saudara Oblatmu di dalam Yesus Kristus dan Maria Imakulata.
RP. Louis Lougen, OMI