Gua Maria Kaliori, Banyumas

Awal Mula Gagasan Gua Maria Kaliori

Tahun 1972, umat stasi Banyumas saat itu berjumlah 75 orang. Para Oblat menyerahkan Paroki St. Yoseph untuk fokus pengembangan Stasi Banyumas. Tanggal 3 Mei 1992, stasi Banyumas dinyatakan sebagai Paroki walaupun umat berjumlah 480 jiwa. Latar belakang umat di Banyumas rata-rata adalah pedagang, orang tua dan anak-anak, sedangkan kaum muda terlihat saat liburan sekolah. Tahun 2011, di sebelah gedung gereja dibuka Panti Asuhan Bunda Serayu dan dipercayakan kepada tarekat JMJ (Jesus Maria Joseph).

Pada tahun 1985-1986, kelompok Pembaruan Karismatik Katolik yang baru saja mengikuti retret di Tumpang memberikan ide agar wilayah keuskupan Purwokerto memiliki tempat ziarah Gua Maria. Gagasan tersebut diperkuat karena umat keuskupan Purwokerto kesulitan pergi ziarah ke Gua Maria di Sendang Sono, Kerep atau ke tempat lain karena jauh. Patric McAnaly, OMI mematangkan gagasan tersebut bersama keuskupan bersama umat Paroki St. Yoseph, kemudian ide tersebut disetujui. Para Oblat saat itu tinggal di Wisma OMI Kaliori sambil menunggu tersedianya rumah pastoran di Banyumas. Wisma OMI Kaliori diresmikan tanggal 15 Mei 1993 oleh Bpk. Djoko Sudantoko, Bupati Banyumas dan diberkati oleh Marcello Zago, Superior Jendral OMI pada tanggal 16 Mei 1993. Para Oblat yang menggembalakan Paroki Banyumas juga melayani kebutuhan para peziarah di Gua Maria Kaliori.
Mgr. Marcello Zago, OMI
Prasasti Pemberkatan Wisma OMI oleh Pastor Marcello Zago, OMI (Superior Jendral OMI)

Gerakan Rohani Umat Beriman

Suster Yosepha SMM dari Lampung menjadi awal gerakan rohani pendirian Gua Maria Kaliori. Sr. Yosepha berkarya di Pertapaan Puteri Karmel Ngadireso, Tumpang, Malang. Sr. Yosepha memberikan retret bagi umat Katolik Purwokerto di Wisma Serayu Banyumas pada bulan Maret 1986 dengan tema “Awal Hidup Baru Dalam Roh”. Suatu hari beliau berdoa di sore hari dan mendapat penglihatan bahwa suatu daerah di sekitar Banyumas akan menjadi pusat sesuatu yang besar, akan ada banyak orang berbondong-bondong datang ke tempat itu. Bagi Suster, hal tersebut dianggap sebagai misteri pewahyuan yang ia sendiri tidak mengerti maksudnya. Beliau mengkomunikasikan dengan panitia retret tetapi tidak ada yang menanggapi serius. Pertumbuhan kesadaran dalam diri umat mulai muncul ketika ada yang dikritik menyingkirkan peran penting Maria dalam sejarah keselamatan.
Bulan Mei 1986, beberapa umat Purwokerto datang ke Gua Maria Kerep untuk menghadiri novena. Mereka merasakan dan mengalami langsung niat untuk membuat sesuatu di Purwokerto demi meningkatkan devosi Maria di Banyumas. Pengalaman umat tersebut menjadi gagasan dalam membangun tempat ziarah Maria di Banyumas. Langkah pertama yang diambil oleh mereka adalah mencari tempat untuk membangun Gua Maria. Pak Henky, Pak Karso, Pak Wihad dan Pak Slamet berkeliling mencari lokasi yang cocok untuk pembangungan Gua Maria pada Juli 1986. Pada mulanya mereka berencana membangun di belakang Gereja Stasi Banyumas, tetapi ada tawaran tanah yang murah di desa Kaliori. Gagasan tersebut disampaikan kepada kelompok Persekutuan Doa dan kepada Patric McAnaly. Mereka menyambut gembira gagasan tersebut dan menjadikan rencana kerja Paroki.
Pak Wawan menawarkan rencana tersebut kepada anggota Rapat Gerakan Karismatik Katolik se-Keuskupan Purwokerto yang diselenggarakan Badan Pelayanan Keuskupan – Pembaruan Karismatik Katolik (BPK-PKK) Keuskupan Purwokerto. Bpk. Suryono sebagai koordinator BPK-PKK menyampaikan hal tersebut kepada Mgr. P.S. Hardjasoemarto, MSC sehingga menjadi rencana milik Keuskupan Purwokerto. 31 Maret 1987 diadakan rapat pembangunan Gua Maria Kaliori dengan agenda pembentukan formator panitia. Lima orang yang terpilih sebagai formator adalah Bpk. Karso Suryosuperno, Bpk. Drg. Hengky Tangkilisan, Bpk. Dr. L. Wibowo Kusumadi, Bpk. Alfred Wawan Darmawan dan Bpk. Antonius Eddy Setio. Selanjutnya mereka membeli tanah seluas 5,6 hektar yang berharga Rp 16.800.000 dengan bantuan dari Pat Mc Annaly, OMI dan Carolus Burrows, OMI, sumbangan donatur dan dari partisipasi panitia.

Garis besar pembangunan Gua Maria Kaliori

Sebagai garis besar, tujuan pembangunan Gua Maria dan Rosario Hidup adalah:
a. Menyambut dan mengisi tahun Maria yang telah dicanangkan Paus Yohanes Paulus II (7 Juli 1987 – 15 Agustus 1988).
b. Menyediakan tempat ziarah bagi umat Katolik yang terus berkembang
c. Menyediakan tempat ziarah bagi Keuskupan Purwokerto
d. Menghijaukan dan melestarikan tanah-tanah perbukitan Kaliori yang tandus dan gersang.
e. Menghidupkan Kota Banyumas yang sunyi dan sepi
f. Membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat.
Peletakan batu pertama
Lokasi Gua Maria Kaliori menjadi subur, hijau dan segar

Proses Pembangunan Gua Maria Kaliori

Pembangunan Gua Maria direncakan akan membutuhkan biaya sebesar Rp. 90.830.000 yang dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Mgr. Hardjasoemarta tanggal 15 Agustus 1988 (hari penutupan Tahun Maria). Saat itu lokasi sangat gersang sehingga panitia kebingungan untuk mendapatkan air dalam pembangunan. Bp. Karso pelaksana pembangunan meminta untuk menggali tanah di depan tempat meletakan Patung Maria untuk membuat kolam genangan menyimpan air. Sesaat setelah digali ternyata ada sumber air yang cukup dan tak pernah habis sampai pembangunan Gua Maria selesai.
Uskup Purwokerto memilih patung Maria Ratu Surga yang disumbangkan oleh Bpk Hardiyanto. Patung diberkati oleh St. Paus Yohanes Paulus II sebelum misa akbar di Lapangan Udara Adisucipto, Maguwo, Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober 1989. Setelah misa, St. Yohanes Paulus II menandatangani prasasti pembangunan Gua Maria Kaliori. Bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda tanggal 8 Desember 1989, Mgr. Hadjasoemarta memberkati Gua Maria Kaliori didamping Patric McAnaly, OMI dan John Kevin Casey, OMI dan dihadiri oleh Bpk Ign. Imam Kusenomihardja sebagai Dirjen Bimas Katolik dan Bpk Djoko Sudantoko sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Banyumas.

Taman Rosario Hidup melengkapi pendukung di kompleks Gua Maria diberkati oleh Rm. P. Sigit Pramudji, Pr Vikjen Keuskupan Purwokerto. Wisma OMI dan Gereja Ratu Surga diresmikan 15 Mei 1993 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Banyumas dan diberkati oleh Mgr. Hardjasoemarta. Tanggal 30 Juli 1995 menyusul pemberkatan Rumah Retret Maria Imakulata Kaliori. Tahun 2001 telah diselesaikan pembangunan Toko Souvenir dan Gedung Pertemuan St. Yoseph dekat Gua Maria. Pengembangan masih dilanjutkan oleh Pengurus Kompleks Peziarah Gua Maria Kaliori hingga saat ini. Secara khusus, Keuskupan Purwokerto mempercayakan pengelolaan dan pengembangan Gua Maria Kaliori kepada Kongregasi OMI. Para Oblat sangat bahagia menerima kepercayaan tersebut karena bisa melaksanakan perutusan Gereja sejak zaman Bapa Pendiri OMI.
Taman Rosario Hidup
Pemberkatan Patung Maria oleh St. Paus Yohanes Paulus II

Kompleks Gua Maria Kaliori


Pendopo
Gereja kecil terletak di atas Gua Maria (perbukitan) digunakan untuk perayaan Ekaristi hari Minggu jam 9 pagi.
Lahan Parkir
Kompleks Gua Maria Kaliori memiliki 3 lahan parkir yang dapat menampung puluhan kendaraan roda empat. Lahan parkir disediakan cukup luas karena semakin banyak peziarah yang datang secara berkelompok dari luar kota. Lahan parkir pertama terletak di pintu masuk selatan, kedua di pintu masuk utara, ketiga berada di depan Gereja Ratu Surga.
Makam
Ada dua makam, yaitu Mausoleum dan makam umat Katolik. Mausoleum adalah makam untuk para uskup, imam dan bruder dari Keuskupan Purwokerto, Kongregasi MSC dan OMI. Jenasah mereka di masukan kedalam tembok. Makam kedua dipergunakan untuk umat Katolik yang tertata seperti perbukitan dan dimakamkan dengan cara dikuburkan.
Taman Rosario Hidup.
Tempatnya di samping Gua Maria, berupa ruangan terbuka berbentuk melingkar yang memiliki relief-relief peristiwa Rosario. Relief peristiwa Rosario diharapkan mampu mengajak para peziarah lebih menghayati peristiwa Yesus Kristus dalam doa.
Gua Maria
Gua Maria Kaliori
Memiliki ruang pandang berbentuk setengah lingkaran, di dalamnya dibangun seperti bebatuan alami dengan Bunda Maria di sebelah kanan dan prasasti dari Paus Yohanes Paulus II di depan Bunda Maria. Ruangan Gua Maria ini mampu menampung 100-150 orang untuk berdoa. Di luar ruangan Gua Maria adalah ruang terbuka, mampu menampung hingga 5000 orang. Ruang terbuka ini ditutupi oleh pohon-pohon rindang setinggi 15-25 meter.
Patung Pieta
Patung ini berukuran besar, disinari oleh lampu kuning di sekitarnya, mempunyai tempat duduk untuk doa dan disediakan lilin disekitarnya. Patung ini berada di jalan setapak menuju Gua Maria.
Tujuh Pancuran Air
Letaknya di antara Taman Rosario Hidup dan Gua Maria. Masing-masing pancuran terdapat satu patung Maria yang berbeda. Tujuh pancuran ini disediakan bagi para peziarah yang melakukan tradisi menyucikan, pembersihan, menyegarkan.
Rumah Retret Maria Imakulata
Rumah retret disediakan untuk retret, tempat singgah, tempat menginap, pertemuan, seminar, rapat, tempat berkumpul dan acara lain. Rumah retret ini sudah direnovasi sehingga semakin banyak umat yang ingin mengadakan berbagai kegiatan di sini sambil berziarah di Gua Maria.
Ruang Adorasi
Bangunan tertutup yang mampu memuat 10 sampai 15 orang untuk menghormati Sakramen Maha Kudus. Letaknya di atas bukit setelah Taman Rosario Hidup. Ruang Adorasi ini baru tahap pembangunan dan akan selesai di tahun 2021.
Rumah Retret Maria Imakulata
Rumah retret disediakan untuk retret, tempat singgah, tempat menginap, pertemuan, seminar, rapat, tempat berkumpul dan acara lain. Rumah retret ini sudah direnovasi sehingga semakin banyak umat yang ingin mengadakan berbagai kegiatan di sini sambil berziarah di Gua Maria.
chevron-down linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram